The Hunt for White Holes - Reviews

Black holes, kita semua pernah mendengarnya. Lubang Hitam di luar angkasa dimana sekali kita masuk, tidak akan bisa keluar lagi. Tapi untuk white holes, berapa banyak yang pernah kita dengar tentangnya?
Tidak banyak yang bisa menjawabnya, tentu. Karena dari istilahnya saja sudah kebalikan dari yang sering kita dengar. Otomatis kita akan berpikir kalau ini adalah kebalikan dari black hole, tapi dalam bentuk apa?
Teorinya, black hole menghisap segalanya dan tidak bisa keluar, karena itu, semua yang masuk pasti keluar di suatu tempat, dan jawabannya adalah white hole. Formula matematika paling standar untuk ini adalah akar dari 9, yaitu 3 dan -3.
A black hole is a place where you can go in but you can never escape; a white hole is a place where you can leave but you can never go back
Sean Carrol, Caltech
Hal ini menjadi masuk akal, karena teori Einstein dan Newton hampir berpegang teguh pada konsep simetris. Tapi, tidak adanya bukti nyata dan mustahilnya untuk menemukannya secara matematis, white holes sampai sekarang hanya dianggap sebagai teori.
Antara black holes & white holes, dihubungkan oleh wormhole, yang mana meskipun benar ada, sangat tidak stabil karena gravitasi besar dari black hole dan efek spaghettified di event horizon. Maksudnya adalah gravitasi akan membuat semua yang masuk ke black hole akan menjadi seperti spaghetti dalam arti arfiah.
Meski teorinya, kalau kita dengan suatu cara bisa bertahan hidup melewati wormhole, kita bisa melihat ujung lain, universe yang berbeda dari yang kita tahu, kalau kita bisa melihat ke dalam black hole, melalui wormhole, dan melihat apa yang dihasilkan dari white holes.
Ini yang membedakan white holes. Imajinasi paling mudah tentang keberadaan white holes, menurut Jeff Filippini;
While time-reversed processes -snooker balls coming back together to form of a triangle, broken eggs reforming their shells, leaping coffee cups, white holes- violate no laws of physics, “we don’t expect to see them happen naturally”
Jeff Filippini
Black holes terbentuk saat sebuah bintang sudah menghabiskan bahan bakarnya, tidak lagi bisa menopang massa yang dimiliki, gravitasi membuatnya menjadi black holes dimana cahaya sekalipun tidak bisa lepas sehingga membuatnya tidak terlihat.
Stephen Hawking membuat teori radiasi black hole, yang mana massa yang hilang akan membuat black hole menghilang. Menghilang kemana? Carlo Rovelli mengatakan kalau bisa jadi mereka menjadi white holes. Informasi yang hilang akan kembali lagi.
Menurut Hukum Kedua Termodinamis, white holes tidak mungkin ada. Ini hukum yang rumit dan menulisnya disini tidak akan membantu, jadi yah, silakan pelajari sendiri. Dan sampai sini, sudah paham atau belum?

Wormhole, funnel-shaped tunnel that can connect one universe with another
Begitu juga dengan wormholes, atau dikenal juga dengan jembatan Einstein-Rosen. Berhubungan dengan teori relativitas, kalau kita bisa “memindahkan” salah satu gerbang wormholes perbedaan waktunya akan semakin kentara.
Bukan berarti kita bisa menjelajah ke masa lalu, tapi sebaliknya. Hanya bisa maju ke masa depan. Konsep ini membingungkan, dan karena ini tentang white holes, wormholes akan kubahas lebih detail lain kesempatan.


10 Mind-Blowing Facts about White Holes

Nah, kalau white holes adalah tempat dimana kita tidak bisa masuk, melainkan tempat dimana kita bisa mendapati apa yang didapat dari semua yang masuk lewat black holes, artinya white holes adalah ujung informasi yang masuk.
Itu gambaran paling mudah. Bagaimana, kalau white holes diandaikan bahwa semua gambaran tentang idol kalian itu adalah informasi yang hilang, yang semuanya kembali muncul ke permukaan? Dengan kata lain, siap untuk menerima semuanya?
Semuanya dalam arti seperti ini; kita tahu idol itu bisnis serba-rahasia. Informasi “terlarang” akan masuk ke dalam black hole dan menghilang. Sebagian akan mendapat informasi itu melalui white hole, dan bisa jadi hilang selamanya atau akan tersebar luas.
Sama saja dengan mengharap idol akan terbuka sepenuhnya. Well, kalau ini sih, kecuali kalian berharap semua idol akan seperti Sally Amaki sih lain cerita, tapi yakin, kalau ingin semua informasi keluar dari white hole begitu saja tanpa filter?


Well itu hanya satu dari beberapa tingkah antik fandom idol yang sering kutemui. Selain faktor kebenaran netizen yang tidak pernah salah, katakan saja tentang seksualitas yang berstandar ganda. Atau tentang membuat idola menjadi seperti yang mereka mau padahal harusnya sebaliknya. Atau pengorbanan alakadarnya tapi banyak maunya.
Untuk mendapat informasi yang faktual, kita harus mau menjadi spaghetti karena kita tidak akan bisa mencapai white holes tanpa memasuki wormholes. Seringnya tidak, maunya yang enak-enak saja. Yakali.

Okelah, ini artikel yang rumit. Aku sendiri mengganti temanya dari black hole ke white hole. Yah, baru saja selesai membaca 4 edisi tentang white hole dan kupikir, ini tema yang lebih tepat. Selain itu, sudah lama tidak ada artikel bertema sains.
Ini lebih seperti rants & raves tentang budaya ngidol yang seringkali dianggap keliru. Karena memang keliru. I’m not saying I’m perfect, still full of flaws, but out there, so much worse. Aku sendiri tidak berharap akan ada yang seratus persen paham dengan separo awal artikel ini.
Akhir kata, according to the Second Law of Thermodynamics, the white holes should never been existed. According to Fifty Seventh Law of Orion, you need to be spaghettified before gain all white hole’s information.
Jadi, lebih paham yang mana? White holes atau budaya ngidol yang keliru? Atau masih memburu white hole dengan keyakinan?
All images and videos used is credited to it’s respective owners

0 Response to "The Hunt for White Holes - Reviews"

Posting Komentar