Sakamichi Review: Happy Aura Keyakizaka46 MV



Happy Aura, coupling terbaru dari 7th single Keyaki rilis pada 1 Agustus 2018. Pertama kali mendengar judulnya, reaksi pertamaku adalah….. lebih baik fokus untuk sembuh. Tidak, ini serius, mendengar judul dan melihat sekilas, aku kehilangan minat untuk langsung menulis.
Well, langsung saja, ini dia Sakamichi Review untuk Happy Aura.


Dimulai dengan scene khas saat Ultraman berubah, termasuk dari sound effect-nya membuat Happy Aura menjadi semakin minus dalam kesan pertamaku. Lalu, 30 detik penggambaran tentang adult responsibility, kenapa rasanya akrab sekali?

Member masuk ke scene dengan kondisi tak kasat mata. Mungkin sebagai penggambaran akan diri mereka sebagai peri? Oh well, apapun itu. Yang pasti, mereka memperhatikan jiwa-jiwa malang yang terpenjara itu dengan tatapan miris.

Dance scene tidak banyak mendapat highlights disini, hanya beberapa bagian yang jelas dan seringnya malah diambil jatahnya dengan adegan yang menurutku “kurang penting” seperti transisi antar scene di perkantoran dan stage yang terlalu lama.











Adegan yang menurutku “kurang penting” itu antara lain saat mereka pindah ke stage, melihat ke cahaya, berlari, dan melompat. Semuanya memakai slo-mo yang jelas berlebihan. Hampir 1 menit dipakai untuk adegan ini saja, plus potongan dari adegan extra, malah bikin ngantuk.

Lalu finalnya. Aku tidak paham storyline MV ini. Mereka menggeser meja-meja untuk dijadikan tempat dance dan entah apa extra itu diceritakan bisa melihat mereka atau tidak, karena mereka tersenyum di scene ini dan melihat kantor menjadi kosong adalah sesuatu yang membuat bahagia di real life?

Well, mari dilihat dari kacamata ini hanyalah MV. Tapi jujur saja, konsep Hiragana yang sama sekali belum jelas sampai sekarang itu mengesalkan. Kadang mereka berusaha tampil dengan konsep sendiri, tapi di waktu bersamaan terlalu berusaha meniru Kanji.











Separo bagian MV ini, termasuk lagu dan dance, ya memang ciri khas Hiragana. Termasuk diantaranya long shots, tapi jeleknya, mungkin karena Ambivalent juga memakainya, penggunaan slo-mo itu jadi terkesan meniru dan membosankan.

Storyline yang tidak jelas juga menjadi perhatian. Well, sebenarnya mudah saja; mereka adalah semacam spirit yang membuat kehidupan depresi menjadi lebih happy, tapi eksekusinya kurang rapi. Korelasi antara slo-mo yang tidak jelas dengan membuat kehidupan menjadi lebih bahagia itu apa coba?

Maaf-maaf saja, bagiku sinkronisasi atara storyline dan sinematografi menjadi nilai paling minus dari Happy Aura. Belum ditambah lagu dan dance yang menurutku terkesan terlalu biasa. Well, setelah Kitai Shiteinai Jibun kemarin, aku berharap banyak tapi kali ini harus kecewa.










Kritik lain disini adalah kontras yang sedikit berlebihan. Di saat mereka tampil di set kantor, aura yang ditampilkan benar-benar Happy Aura, tapi saat pindah ke set panggung, kenapa malah jadi mirip Kanji?

Mulai dari permainan warna, camera angle, sampai tekniknya pun mirip Ambivalent. Terutama dari segi permainan low angle slo-mo itu. Minus? Untukku iya. Tapi toh selama ini MV Hiragana memang belum bisa lepas dari bayang-bayang Kanji, ya tidak bisa kritik banyak-banyak juga.

Screentime bisa dibilang cukup adil, untuk 6 member depan porsinya cukup, begitu juga dengan 2nd dan 3rd row. Kinchan dan Manafin terlihat cukup banyak dan itu sudah membuatku senang. Sisi dimana Hiragana lebih baik ya soal screentime yang lebih adil.

Satu yang mungkin aneh adalah cuma 19 orang yang kutangkap? Kage yang sedang hiatus tidak ada di MV ini, tapi seingatku dari Hiraoshi episode minggu kemarin dia masih ada? Berapa lama rentang antara recording dengan air time untuk Hiraoshi?










Overall, Happy Aura membawa tema “perubahan” dari dunia yang depresi ke dunia yang lebih “happy” dan yeah, hanya itu saja. Peran member sebagai spirit juga sebenarnya konsep yang bagus, hanya eksekusinya yang terlalu….. setengah hati.

Arah kemana MV ini sudah terlihat aneh sejak menit pertama. Dari depresi menjadi bahagia, yang menjadi masalah adalah transisinya. Jika berlari dan melompat di panggung yang gelap itu dianggap sebagai perubahan, terlalu ambigu rasanya.










Masih banyak yang perlu dibenahi dari Hiragana. Terutama jika mengingat posisi mereka sebagai yang unik. Dibilang membedakan diri dari Kanji, rasanya terlalu far-fetched. Yah, intinya sih, aku cukup kecewa dengan Happy Aura karena berharap terlalu tinggi.

Poin-poin utamanya, dirangkum lagi adalah; minus di storyline, penggambaran visual yang kurang oke sebagai spirit, transisi dua scene utama yang sangat tidak jelas, dan terlalu sama dengan Kanji dari penggunaan kamera. Oh, satu lagi, dance scene disini tidak bisa dinikmati.

Sisi positif MV ini? Manafin dan Kinchan terlihat jelas. Untukku, ini cukup.
All images and videos used is credited to it’s respective owners

0 Response to "Sakamichi Review: Happy Aura Keyakizaka46 MV"

Posting Komentar